MITSUBISHI OUTLANDER
Posisi duduk sembari memegang setir mantap dan menyenangkan.
Pandangan ke depan terasa luas. Begitu tongkat transmisi berada di “D”
dan gas ditekan, SUV berjalan lembut dan mulus. Ketika pedal gas ditekan
lebih dalam, Outulander Sport berkurang mulus.Tidak dirasakan
pergantian gigi seperti transmisi otomatik lain. Maklum, CVT adalah
transmisi “stepless”, pergantian gigi tidak langsung terjadi secara
bertingkat, tetapi progresif. Hanya, terasa kurang agresif! Saat di jok
belakang. Cukup lebar dan nyaman. Karena perjalanan jalan mulus, tidak
sempat dirasakan bantingan ekstrim.
Bersama pereli
Berikut adalah menjadi penumpang depan, ketika Otulander Sport dikebut dan diajak bermanuver oleh Rifat Sungkar. Tipe yang digunakan untuk ini adalah Outlander dengan transmisi manual (GLX) Maklum, hanya tipe yang bisa diperlakukan seperti mobil reli, pedal gas dan rem bisa ditekan secara bersamaan.
Berikut adalah menjadi penumpang depan, ketika Otulander Sport dikebut dan diajak bermanuver oleh Rifat Sungkar. Tipe yang digunakan untuk ini adalah Outlander dengan transmisi manual (GLX) Maklum, hanya tipe yang bisa diperlakukan seperti mobil reli, pedal gas dan rem bisa ditekan secara bersamaan.
Ditangan Rifat, Outlander Sport ini diajak bermanuver dengan
mudah, khususnya untuk berbelok melalui pengoperasian rem tangan sembari
memutar setir (sliding). Di sini, tidak hanya kegesitan mesin, juga
kemantapan kinerja rem dibuktikan. Maklum, saat berada di puncak
tikunngan, mobil harus direm kaki, rem tangan. Selama itu, Rifat hanya
menempatkan tongkat transmisi pada gigi 1 dan 2.
Karena yang mengemudikan adalah pereli, sebagai penumpang, tingkat
keyakinan sangat tinggi saat Rifat melakukan manuver, khusus pada titik
pada tikungan. “Kendati SUV, namun tetap bisa diajak bermanuver. Ini
membuktikan Outlander ini terbukti lincah. Juga nyaman. Hanya tentu saja
tidak seperti sedan,” jelas Rifat.
Setir ringan
Selanjutnya, wartawan diberi kesempatan mengemudikan langsung pada berbagai kondisi, termasuk simulasi atau off-road buatan. Antara lain, mengitari bundaran dengan diameter 6 meter, tikungan patah, ketinggian sisi jalan yang tidak merata, naik- turun jembatan sekliagus tanjakan dan turun (mengukur sudut datang dan pergi atau approach dan departure angle). Juga ada beberapa bagian permukaan jalan yang diberi pasir.
Selanjutnya, wartawan diberi kesempatan mengemudikan langsung pada berbagai kondisi, termasuk simulasi atau off-road buatan. Antara lain, mengitari bundaran dengan diameter 6 meter, tikungan patah, ketinggian sisi jalan yang tidak merata, naik- turun jembatan sekliagus tanjakan dan turun (mengukur sudut datang dan pergi atau approach dan departure angle). Juga ada beberapa bagian permukaan jalan yang diberi pasir.
Hal yang sangat dirasakan, setir sangat ringan dan mudah dikendali
(mengunakan power steering listrik). Hanya, pada tikungan patah, untuk
kembali ke kondisi semula, pengemudi agak repot atau harus cepat memutar
lebih banyak. Ya, Mitsubishi belum menggunakan variable steering ratio.
Untuk versi manual, tenaga terasa lebih mantap saat start pertama
kali. Begitu juga pada gigi 3 dan 3. KompasOtomotif tidak sempat mencoba
lebih lanjut, karena saat kembali ke Jakarta, wartawan naik bis.
Itulah kesan yang diperoleh dari tes singkat Outlander. Kualitas
suara untuk audio tidak sempat dicoba. Sementara beberapa rekan lain
menginformasikan, konsumsi bahan bakar berdasarkan pantauan komputer
mobil (juga speedometer mobil) 13 liter/100 km atau 7,7 km/liter.
KompasOtomotif sempat membahas kapasitas bagasi dengan rekan Gomgom dari Autocar.
Menurutnya, bila penumpangnya penuh, koper berukuran besar agak susah
dimuat (bila melakukan perjalanan selama dua minggu), di bagasi.
Penyebabnya, struktur desain bagian belakang yang miring yang membatasi
penumpukan koper berukuran besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar